Ada semacam kekhawatiran akan terjadi kesejajaran atau bahkan dilampaui status dominannya. Laki-laki bahkan tak mau memiliki pasangan yang jenjang pendidikannya setara atau bahkan lebih tinggi daripada dirinya. Padahal dalam sebuah rumah tangga, pendidikan bagi perempuan bukan untuk merebut dominasi atau menaiki hirarki, namun untuk keberdayaannya sebagai manusia yang setara dengan laki-laki, dan kemudian tercipta hubungan yang bersinergi. Bukan pola hubungan yang berkuasa dan dikuasai.
Apalagi ibu lah yang lekat dengan proses pengasuhan generasi, dalam tahapan memelihara dan mendidik setiap anak perempuan maupun laki-laki. Maka berarti, sudah selayaknya setiap ibu perlu mencerdaskan diri terlebih dahulu dengan berproses aktif dalam alam pendidikan untuk kemudian menciptakan generasi yang cerdas nan membanggakan.
Maka kemudian saya menjadi bersepakat dengan apa yang dinyatakan oleh Dian Sastrowardoyo, “entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang perempuan wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi ibu. Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan anak-anak cerdas.” Seperti menurut penelitian pula, bahwa setiap anak yang dilahirkan, kecerdasannya diturunkan dari sang ibu (perempuan) bukan dari sang ayah.
Itulah mengapa, perempuan berpendidikan selayaknya dijadikan standar perempuan ideal, yakni perempuan yang menjadi teladan, panutan dan juga sandaran. Agar banyak ditiru oleh kaum perempuan.