KALBARSATU.ID — Refleksi atau peringatan hari Pahlawan 10 November. Sejarahnya bermula dari peristiwa 10 November 1945. Pada saat itu terjadi sebuah pertempuran antara militer Indonesia dengan tentara dari Inggris dan Belanda di Surabaya.
Pertempuran itu menewaskan setidaknya 6.000 sampai 16.000 pejuang Indonesia. Karena banyaknya pejuang yang tewas hari itu, maka ditetapkanlah 10 November sebagai hari nasional yaitu Hari Pahlawan, melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.
Hari Pahlawan Nasional, Perlu kita peringati sebagai momentum untuk mengenang perjuangan para pahlawan dalam memerdekakan bagsa ini dari penjajahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat ini, dari rangkaian peristiwa sejarah Hari Pahlawan Nasional, Kita musti banyak belajar dan meneladani para tokoh Pahlawan, salah satunya meneladani sikap jujur dan sederhana dari Bung Tomo.
Sikap jujur, sederhana dan terus terang yang dimiliki oleh sosok Bung Tomo menjadikannya begitu dekat dengan salah satu pendiri bangsa yakni Soekarno.
Suatu Ketika Bung Karno dan Bung Tomo pernah satu kapal, menuju Indonesia bagian timur. Dalam perjalanan itu, kerap kali kedua tokoh tersebut bercanda gurau karena saling terbuka dan jujur.
Waktu di Kupang, saat Bung Karno berpidato tiba-tiba ia meminta Bung Tomo untuk meneruskannya.
Tidak hanya dengan Sorkarno, sosok pemimpin orde baru (orba) yakni Soeharto juga tidak luput dari sentilan Bung Tomo yang bertujuan mengingatkan agar tidak keliru atau salah dalam memimpin Indonesia.
Jadi kalau dia merasa ada sesuatu yang mesti diperbaiki, dia bicara terus terang.
Sikap jujur dan terus terang yang dimiliki oleh Bung tersebut mengantarkannya dalam kehidupan yang sederhana.
Tidak hanya itu, sosok pahlawan yang berpidato berapi-api untuk membakar semangat Arek-Arek Suroboyo itu juga pernah mengembalikan mobil dari pemerintah karena tidak sanggup mencicil.
Pesan dan kesan ini, menyampaikan kepada kita sebagai generasi muda agar kekuatan spiritual bangsa harus terus dikuatkan, sebab, saat ini hampir segala sesuatunya diukur dengan material.
Moralitas, budi pekerti serta rasa kepedulian adalah modal utama sebelum kita harus pintar. Maka sebagai generasi muda, kita perlu belajar moral dari para pahlawan kiata.
Bung Karno, Bung Hata, Bung Syahrir, Bung Tomo dll, mereka ialah pahlawan sepanjang masa, kaum muda merupakan masa depan bangsa, bangsa ini akan baik, apabila moral para penerus masa depannya juga baik.
Hari ini, bangsa kita sedang tidak baik-baik baik saja, mungkin salah satu penyebabnya adalah kita sebagai pemuda, bahkan para steakholder, pemimpin-pemimpin negeri ini lupa mengutamakan Moral di atas Segalanya.
Penulis: Wandisius Pandi (Ketua GMNI Pontianak)