PONTIANAK, KALBAR SATU – Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) Sutarmidji menyoroti permasalahan peningkatan kasus COVID-19 di mana saat ini banyak kasus baru yang datang dari perbatasan.
Ia ia juga mengaskan bahwa kondisi itu harus disikapi denga tegas.
“Saya menyampaikan tentang kondisi perbatasan yang harus disikapi secara tegas. Kita melihat bahwa Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang kembali ke Kalbar lewat Aruk, Entikong, Badau, dan sebagainya bukan hanya penduduk Kalbar tapi juga di luar Kalbar,” kata Sutarmidji di Pontianak, Jumat 23 April 2021
Ia menyebutkan, bahwa Ketentuan orang yang dari luar negeri harus karantina lima hari dengan tes swab PCR tidak boleh swab antigen, namun hal ini memicu masalah baru karena pemerintah perlu menyediakan 2.500 tempat untuk mereka dikarantina selama 5 hari.
“Kalau di Aruk khususnya dalam hal karantina tidak ada masalah, karena tempat karantinanya disediakan kamar-kamar. Untuk yang dari luar Kalbar kami akan siapkan tempat karantinanya di Pontianak, sedangkan di Entikong di dalam hanggar.
sebelumnya, sempat juga beredar di media sosial bahwa terjadi kerumunan sebab mereka baru datang dan mereka semua itu tidak boleh keluar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mereka di sana juga harus diswab PCR dua kali baru boleh keluar dari tempat isolasi.
Kata Sutarmidj, sekarang ini kita akan dibagi, nantinya isolasi di Entikong hanya untuk menunggu keluarnya swab pertama, setelah itu dikirim kembali ke kabupaten atau kota tempat ia berasal kemudian dikarantina di bawah pengawasan satgas di tempatnya masing-masing.
Ia juga menyebutkan beberapa daerah yang rawan akibat peningkatan kasus harian COVID-19.
“Kemudian saya sampaikan juga daerah-daerah yang sedang rawan saat ini seperti Sintang, Sekadau, Sanggau, dan Melawi. Saya sendiri sangat khawatir dengan Kayong Utara dan Kubu Raya karena testingnya sangat rendah,” katanya.
Sutarmidji menyebut dirinya bingung dengan daerah-daerah tersebut karena hanya menyampaikan surat swab saja.
“Ketakutan mereka itu kalau banyak kirim takutnya banyak yang positif dan kasus di tempat mereka meningkat. Harusnya semakin banyak kita dapat melakukan tracing dan testing, kita banyak tahu orang yang terjangkit, maka kita bisa dengan cepat mengobatinya,” jelas Sutarmidji.
Hingga menurut Sutarmidji, hal tersebut akan berdampak pada tingkat fatal dan kematiannya rendah dan memudahkan orang untuk segera sembuh.
“Kalau mau membuat keterjangkitan virus saat ini sebesar 0 itu sulit dan tidak mungkin, jadi yang terpenting itu menjaga imunitas orang supaya bisa melawan virus itu,” katanya. #