KALBARSATU.ID – Sekolah Alam Terpadu CERLANG bersama Yayasan Suar Asa Khatulistiwa (SAKA) dan Sekolah Canopy menggelar diskusi parenting secara Daring mengajak anak untuk merasakan merdeka dalam belajar.
Kegiatan bertema “Memetik Manfaat Belajar di Rumah Saat Pandemi: Kenali Minat dan Bakat Anak”. Diskusi live diselenggarakan pada Sabtu (06/06/2020) pukul 13.00 hingga 15.00 WIB, bisa disaksikan tayangannya di laman Facebook Cerlang Sekolahku.
Diskusi menghadirkan pembicara Sri Wahyaningsih, pendiri Sanggar Anak Alam (Salam) Yogyakarta, sekolah model yang menerapkan pendidikan berbasis riset sesuai minat dan bakat anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sri Wahyaningsih memiliki beragam pengalaman dalam membangun kesadaran orangtua, guru, dan masyarakat tentang pentingnya pendidikan yang memerdekakan. Dia merupakan tokoh pendidikan yang telah dianugerahi beberapa penghargaan. Antara lain Fellow Ashoka Indonesia-organisasi kewirausahaan sosial global.
“Kita ajak anak-anak mengembangkan ide dan gagasan, ajak anak mengembangkan pertanyaan. Misalnya anak ingin riset tentang layang-layang, tanya bahannya apa saja, bagaimana cara membuatnya, dan lain-lain. Ajak anak menemui narasumber, yaitu orang yang ahli membuat layangan. Kalau layangannya gagal terbang, kita ajak evaluasi apa penyebabnya. Apakah karena rangkanya tidak simetris, atau penyebab yang lain,” kata perempuan yang akrab disapa Wahya tersebut.
Cerlang menggagas diskusi daring ini untuk membantu orangtua murid Cerlang dan orangtua pada umumnya serta guru, untuk menggali minat dan bakat anak. Belajar di rumah saat pandemi Covid-19 merupakan kesempatan bagi orangtua lebih intens berkomunikasi dengan anak dan melakukan observasi terhadap anak.
“Biasanya orangtua dan anak tak punya banyak waktu bersama, karena sekolah dan les. Masa belajar di rumah bisa dimanfaatkan orangtua untuk mengenali minat dan bakat anak,” kata Sri Wartati, Pengelola Sekolah Alam Terpadu Cerlang.
Diskusi turut dihadiri Ketua Himpaudi Kota Pontianak, Yanieta Arbiastutie, di antara puluhan peserta diskusi daring yang tak hanya berasal dari Kota Pontianak dan sekitarnya. Para peserta juga dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Sulawesi Selatan hingga Papua. Belum lagi lebih peserta yang menonton melalui live streaming.
Menaungi 31 PAUD yang dikelola oleh PKK, Yanieta mengajukan pertanyaan tentang cara menyiapkan anak untuk belajar di kondisi new normal.
Peserta diskusi lainnya melontarkan beragam pertanyaan tentang kendala yang dihadapi saat observasi dan eksplorasi minat serta bakat anak. Satu di antara orangtua menyatakan kehawatiran anak trauma, karena dipaksa menyelesaikan menyelesaikan kegiatan bersama orang tua. “
Jika anak selalu menolak atau menyerah melakukan sesuatu padahal belum mencoba yang terbaik, apakah anak boleh dipaksa untuk mencoba kegiatan sampai jangka waktu tertentu? Agar kita bisa menilai apakah ini minat dan bakatnya atau bukan,” tanya Fransiska Dwi Setiyahandayani, warga Bandung.
Menurut Wahya, minat anak-anak cenderung berubah sesuai usianya dan dipengaruhi lingkungan sekitar. Maka observasi dan eksplorasi minat serta bakat anak, harus disadari sebagai proses yang dilakukan secara bertahap dan mengalir. Orang tua bisa memahami jika mengambil sudut pandang sebagai anak.
“Orang dewasa umumnya tidak sabar dan tidak percaya bahwa anak bisa mandiri belajar. Inginnya segera memberi tahu. Memang untuk memahami anak, butuh kesabaran, konsentrasi, dan kesediaan untuk mendengar anak. Bangun kebiasaan anak meriset. Ketika dia di SMA, diharapkan menemukan passion masing-masing. Saat mengobrol dengan anak, kerucutkan ketertarikan anak,” pungkasnya.(rilis)
Penulis : Dian Lestari, (Fasilitator Sekolah Alam Terpadu Cerlang Pontianak)