KALBAR SATU, TERKINI – Menjelang masa kampanye Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dimulai 28 November 2023 sampai 10 Februari 2024, sudah banyak terbentuknya tim sukses termasuk strategi kampanye dunia digital khususnya di Grub WhatsApp.
Para tim sukses baik Pemilihan Legislatif (Pileg) maupun Pemilihan Presiden (Pilpres) akan selalu vergerak untuk mendapatkan suara sebanyak mungkin salah satunya kampanye via online.
Nah, di sini akan dijelaskan tidak kondusif bagi tim suskses kampanyekan calon legistaif melalui digital khususnya di grub-grub WhatsApp.
- Pertama, perlu diketahui tidak semua anggota grub WhatsApp itu memiliki hak suara sesuai daereh pemilihan (dapil) yang dikampanyekan.
- Kedua, kaum muda (Milenial dan Gen Z) sangat tidak respect ketika dunianya (ruang digital) selalu ditebarkan isu-isu politik, kepentingan kelompok apalagi yang menuai perdebatan si Grub WhatsApp yang berkepanjangan.
- Ketiga, Grub WhatsApp yang hanya fokus kepada suatu komunitas sosial, lingkungan, pendidikan, budaya dan lainnya sangat tidak relevan juga untuk berkampanye karena tidak sealur dengan fokus pembahasannya.
- Keempat, kampanye di grub WhtasApp rentang menuai konflik dan perdebatan antar sahabat dan kerabat dekat. Pasalnya, di grub WhatsApp tersebut terkadang anggota grub WhatsApp itu sudah menjadi bagian tim seorang calon sehingga akan saling menjatuhkan satu sama lainnya hingga muncul black campaign (kampanye hitam). Sesusai perkataan Sayyidina Ali: Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak akan percaya itu.
- Kelima, saat grub WhatsApp menuai perdebatan panjang tentang calon yang dipilih, terkadang anggota grub WhatsApp merasa risih dan malas karena pembicaraannya tidak ada hubungannya bahkan tidak mengetahui apa yang menjadi pokoh permasalahannya sehingga keluar lah dari Grub WhatsApp.
- Keenam, perdebatan kusil di Grub WhatsApp juga akan panjang tidak ada ujungnya selagi kedua belah pihak tidak mengalah adu argumen. Lucunya saat kalah argumen, biasanya mencari teman untuk membantu berdebat di Grub WhatsApp tersebut guna mengkeroyok argumen musuhnya.
- Ketujuh, perdebatan kedua Tim Sukses di Grub WhatsApp itu akan menjadi pembicaraan di dunia nyata, bahkan bisa berbelok pilihan dari kedua tim sukses tersebut dan merugikan calon legislatif (contoh: Anggota grub lainnya menceritakan di dunia nya; “Tim sukses A dan B kemarin berdebat di Grub WhatsApp, sama-sama kerasnya untuk membela calon yang dipilihnya. Bagaimana kalau calon ini menang dan tim sukses nya keras-keras seperti itu beradu argumen, jadi takut memilih calon legislatif A dan B itu. Mending pilih calon legislatif C saja lebih tenang tim suksenya.
- Kedelapan, akan banyak menguras energi bagi tim sukses ketika perdebatan panjang di grub WhatsApp, belum lagi nanti hasil berdebatnya melaporkan ke calon legislatif yang dipilihnya, sehingga menambah pikiran lagi untuk mendamaikan tim suksesnya.
- Kesembilan, perdebatan tim sukses di grub WhatsApp akan menjadi jejak digital bagi anggota grub tersebut. Karena grub tersebut sifatnya publik bagi anggota yang bergabung di grub WhtasApp, maka dari itu jejak digital tersebut akan menjadi bola liar ke ruang publik lainnya baik online maupun dunia nyata dengan bukti perdebatan di grub WhatsApp itu.
Demikian penjelasan tentang tidak kondusif bagi tim sukses kampanyekan calon legistaif di grub WhatsApp.