RAMADHAN, KALBAR SATU – Marhaban Ya Ramadhan, sebentar lagi bulan penuh ampunan yaitu bulan 1000 bulan akan tiba.
Bagi umat muslim sudah pasti akan menyambutnya dengan penuh kegembiraan, sebab di bulan ini akan dibukanya pintu-pintu tobat.
Bagi umat bulan puasa menjadi momentum yang tak terlewatkan baik dalam menjalankan ibadah wajib puasa maupun ibadah sunnah, seperti tadarus alquran, sholat Tarawih, sholat witir maupun yang lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Baca juga: Simak 10 Hal yang Dapat Membatalkan Puasa
Namun pertanyaannya kenapa bulan ramadhan itu begitu istimewa, berikut dalam artikel ini akan menjelaskan sejarah puasa ramadhan yang mencerahkan pertanyaan tersebut.
Puasa Ramadhan adalah ibadah puasa yang dilaksanakan khusus di dalam bulan suci Ramadhan.
Diketahui Puasa Ramadhan dilaksanakan mulai tanggal 1 bulan Ramadan dan berakhir pada tanggal terakhir bulan Ramadhan.
Baca juga: Dua Versi, Bacaan Doa Berbuka Puasa Ramadhan Bahasa Arab Latin Disertai Terjemahan
Perintah melaksanakan Puasa Ramadhan tertera dalam Al Quran Surah Al Baqarah mulai ayat 183.
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan, perintah melaksanakan Puasa Ramadhan dalam surah al Baqarah ayat 183, turun pada hari Senin di Bulan Sya’ban (bulan kedelapan) tahun kedua hijrah.
Perlu diketahui, Nabi SAW hijrah ke Yatsrib atau Madinah, pada tahun ke-13 kenabian.
Baca juga: Sejarah Puasa Ramadhan dan Penjelasannya Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits
Saat hijrah ke Yatsrib, Nabi Muhammad SAW berumur 53 tahun.
UAH juga menjelaskan, saat Nabi Muhammad SAW berada di Makkah, belum ada perintah puasa. Demikian pula saat tahun pertama hijrah ke Madinah.
”Baru tahun kedua hijrah, turunlah kemudian perintah puasa dengan turunnya Al Quran Surah Al Baqarah ayat 183,” ungkap UAH.
Baca juga: Simak Keutamaan Tadarus Al Qur’an di Bulan Ramadan
Ustadz Adi Hidayat mengungkapkan, sebelum perintah wajib Puasa Ramadhan, Rasulullah SAW dan sahabat melaksanakan Puasa Asyura.
Puasa Ayura adalah puasa yang dilaksanakan Nabi Musa as sebagai bentuk syukur dari kejaran Firaun.
Setelah melaksanakan Puasa Asyura, Nabi Muhammad SAW dan sahabat diolok-olok orang Yahudi.
Baca juga: Jadwal Azan dan Waktu Buka Puasa Pontianak Hari Ini dan Selama Ramadhan 2023
Setelah itu, turunlah perintah melaksanakan Puasa Ramadhan dalam Al Quran surah Baqarah ayat 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Ya ayyuhal ladzi naámanu kutiba álaikumusshiyam kama kutiba álallazi na min qoblikum laallakum tattaqun
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Doa Menyambut Ramadan Sesuai Sunnah Rasulullah SAW
Menurut Ustadz Adi Hidayat, dari sekian banyak doa, ada satu doa menjelang Ramadhan dengan riwayat yang paling populer, kuat dari sisi hadisnya dan paling lengkap redaksinya.
Ustadz Adi Hidayat mengatakan, doa tersebut bersumber dari riwayat imam at-Tirmidzi dengan nomor hadis 3451.
Berikut lafal beserta arti dan penjabarannya doa menjelang Ramadhan yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat.
اللهم أهله علينا باليمن والإيمان والسلامة والإسلام ربي وربك الله
Allahumma ahillahu ‘alainaa bil yumni wal Imani wassalamati wal islami Rabbi wa Rabbukallahu.
Artinya: “Ya Allah mohon hadirkan awal ramadhan kepada kami dengan penuh ketentraman, dan dengan penuh kekuatan iman, sehat dan selamat, dan dengan kekuatan islam Rabbi wa Rabbukallahu.”
Dalam penjabaran tafsiran dari doa tersebut, kata Naa pada kalimat ‘alainaa merupakan kependekan dari kata Nahnuu, yang berarti kami.
Kata nahnuu merupakan kata ganti jamak (banyak) yang mengisyaratkan kepada umat muslim untuk menyertakan orang lain ketika melakukan kebaikan.
Sekalipun kebaikan itu melalui sebuah doa.
Oleh karena itu, dalam Alquran maupun hadis untuk sebuah doa umumnya sering menggunakan kata ganti jamak.
Kata bil yumni merupakan harapan atau permintaan pertama kepada Allah agar dapat menjalani bulan Ramadhan dengan keadaan hati yang tenang.
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa ada sebagian orang yang tidak mendapatkan ketenangan hati ketika bulan Ramadhan tiba dengan berbagai alasan.
Seperti orang yang belum terbiasa berpuasa, orang yang memikirkan perihal ekonomi yang belum siap menghadapi pengeluaran di bulan Ramadhan, dan sebagainya.
Kata wal Imani merupakan permintaan kedua yang menjadi persoalan serius.
Ustadz Adi Hidayat memaparkan bahwa kata wal Imani dalam doa tersebut mengisyaratkan seakan-akan dalam Ramadhan kekuatan atau semangat iman cenderung menurun.
“Hati-hati, ada isyarat dalam kalimat ini seakan-akan orang-orang yang kedapatan Ramadhan itu cenderung menurun spiritnya saat Ramadhan, bukan stabil,” ujar ustadz Adi Hidayat.
“Padahal di awalnya allah berikan kekuaatan iman yang sama,” sambungnya.
Ustadz Adi Hidayat mencontohkan perihal menurunnya spirit (semangat) iman tersebut seperti berkurangnya jumlah saf tarawih di masjid ketika pertengahan Ramadhan hingga seterusnya.
Kata berikutnya wassalamati yang berarti sehat dan selamat, merupakan permohonan untuk diberi kesehatan dan keselamatan agar tetap mampu menjalani ibadah di bulan ramadhan.
Wal Islami merupakan permohonan ke-empat yang dipanjatkan kepada Allah dalam doa tersebut yang berarti kekuatan islam.
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan perbedaan antara kekuatan iman dengan kekuatan islam.
Kekuatan iman merupakan spirit atau semangat.
Sedangkan kekuatan islam merupakan ragam, jenis, banyak dan juga kualitas dari ibadah yang dilakukan.
Kalimat Rabbi wa Rabbukallahu merupakan kalimat yang menegaskan bahwa lakukan ibadah hanya karena Allah SWT.
Persiapan Nabi Muhammad SAW Jelang Ramadhan
Menurut Ustadz Adi Hidayat, ada banyak hadis yang menyebutkan berbagai kegiatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW menyambut bulan Ramadhan.
Setidaknya ada tiga amalan utama yang dikerjakan Nabi Muhammad SAW menyambut bulan Ramadhan.
Amalan-amalan ini dikerjakan dengan tujuan untuk melatih diri agar dapat dimaksimalkan di bulan penuh berkah nanti.
Berikut merupakan tiga amalan utama yang dikerjakan Rasulullah SAW sebelum memasuki bulan Ramadhan seperti dijelaskan Ustadz Adi Hidayat.
Meningkatkan kuantitas dan kualitas Shalat
Amalan pertama yang dilakukan Nabi Muhammad SAW sebelum memasuki bulan Ramadhan adalah meningkatkan kuantitas (jumlah) dan kualitas shalat.
Yang dimaksud dengan meningkatkan jumlah shalat ialah menambah jenis shalat yang dilakukan di samping mengerjakan shalat fardhu 5 waktu.
Yaitu dengan mengerjakan shalat-shalat sunnah baik siang dan malam.
Misalnya, berlatih mengerjakan tahajud, shalat Dhuha, shalat sunnah rawatib atau shalat-shalat sunah lainnya.
Tujuannya untuk membiasakan diri agar dapat konsisten mengerjakan amalan tersebut di bulan Ramadhan.
Terutama pengerjaan shalat sunnah pada malam hari agar mampu menunaikan ibadah shalat tarawih secara penuh di tiap malamnya.
Berinteraksi dengan Al Qur’an
Ustadz Adi Hidayat menyampaikan amalan kedua yang dilakukan oleh Rasulullah sebelum memasuki bulan Ramadhan adalah berinteraksi dengan Alquran.
Yaitu dengan memperbanyak bacaan, memahami makna yang dikandung, dan menghafal ayat-ayatnya.
Sebagaimana diketahui, salah satu keistimewaan pada bulan Ramadhan karena pada bulan inilah kitab suci umat Islam, Alquran diturunkan.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW selalu memperbanyak berinteraksi dengan Alquran di setiap memasuki bulan Ramadhan.
Memperbanyak Sedekah
Amalan sedekah pada bulan Ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT.
“Kata Ibnu Abbas ra, tidak ada kegiatan Nabi Muhammad SAW yang lebih maksimal di bulan ramdahan, kecuali memperbanyak sedekahnya,” kata Ustad Adi Hidayat dalam ceramahnya.
“Sedekahnya nabi saking luar biasa indahnya, seperti mengalahkan angin yang bertiup sepoi-sepoi. Disampaikan dalam keadaan lembut, diterima dalam keadaan tenang, dibagikan dalam keadaan nyaman,” sambungnya.
Karena itu, perlu membiasakan diri untuk membiasakan diri menanamkan amalan ini sebelum memasuki bulan Ramadhan.
Sehingga pada bulan ramadhan nanti mampu memperbanyak sedekah agar mendapatkan pahala yang 10 kali lipat lebih banyak dari hari biasa.
Nah, mari kita mempersiapkan diri mengahadapi bulan suci Ramadhan.
Berikut bacaan niat puasa Ramadhan atau niat ketika hendak makan sahur
Niat puasa Ramadhan
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ ِللهِ تَعَالَى
“Nawaitu shauma ghodin ‘an adaa’i fardhi syahri romadhoona hadihis-sanati lillahi ta’aalaa.”
Artinya: Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di Bulan Ramadan tahun ini karena Allah Ta’aala.
Berikut Bacaan Puasa Lengkap
Niat puasa ini dibacakan sebelum melaksanakan puasa atau dibacakan malam hari setelah tarawih atau sebelum imsak.
Doa Berbuka Puasa
Waktu berbuka puasa ditandakan dengan berkumandangnya adzan magrib.
Berikut doa berbuka puasa:
Lafadz Pertama,
اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
Allahumma lakasumtu wabika aamantu wa’alaa rizqika afthortu birohmatika yaa arhamar roohimiin
Artinya: “Ya Allah karena-Mu aku berpuasa, dengan-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah dan dengan rezeki-Mu aku berbuka (puasa), dengan rahmat-Mu, Ya Allah Tuhan Maha Pengasih,”
Lafadz Kedua
Selain doa buka puasa di atas, ada satu pendapat lainnya tentang doa buka puasa yang berasal dari hadis Rasulullah SAW yaitu sebagai berikut,
ذَهَبَ الظَّمَأُ، وابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَاللهُ
Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah.
Artinya: Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki.” (Hadits shahih, Riwayat Abu Daud: 2/306, no. 2357 dan selainnya; lihat Shahih al-Jami’: 4/209, no. 4678).
Demikian penjelasan tentang Sejarah Puasa Ramadhan, Berikut Bacaan Niat Puasa Ramadhan dan doa buka Puasa.