Nasaruddin Umar: Jangan Ukur Islam Seseorang dari Atribut

- Publisher

Senin, 29 Juni 2020 - 08:54 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tangakapan layar, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. KH. Nasaruddin Umar alam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Rabu, 27 April 2020. ANTARA

i

Tangakapan layar, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. KH. Nasaruddin Umar alam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Rabu, 27 April 2020. ANTARA

KALBARSATU.ID – Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengatakan budaya perlu dilepaskan dari keagamaan. Salah satu contohnya penggunaan cadar.

Menurut dia, cadar tidak bisa menjadi indikator iman keislaman, karena bukan merupakan ajaran Islam.

“Saya bukan anti cadar, tapi cadar itu kan kebudayaan. Perintah Al-Quran itu menutup aurat, tidak ada menggunakan cadar,” kata Nasaruddin dalam diskusi di kantor Badan Nasional Penanggulangan Teroris, Jakarta, Rabu 10 Juni 2020.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Nasaruddin mengatakan dalam riwayatnya, banyak agama maupun ajaran yang hendak masuk ke Indonesia mengalami proses peng-Indonesiaan. Islam, Kristen, Syiah, Ahmadiyah, termasuk Sunni, kata dia, melalui proses tersebut.

Namun, kata dia, saat ini yang terjadi justru sebaliknya. Fenomena agama dan mazhab dilekatkan dengan budaya negara asal keduanya muncul.

“Akibatnya apa yang terjadi? Ada orang yang mengidentifikasikan sebagai negara saja mazhab itu, padahal sebetulnya kebudayaan lokal setempat. Akhirnya atribut nasional kita itu tersingkir karena dianggap tidak Islami,” kata dia.

Meski demikian Nasaruddin mengaku tak setuju bila orang bercadar dihujat dan diidentifikasikan dengan teroris. Menurut dia, penggunaan cadar adalah hak asasi, sama halnya dengan penggunaan celana cingkrang.

Hanya saja, ia menentang pemikiran apabila penggunaan kedua atribut tersebut disandingkan dengan tingkat iman keislaman.

“Jangan jadi penentu Islam tidaknya seseorang karena atribut. Saya ingin ingatkan sekali lagi bedakan ajaran Islam dan kebudayaan Arab. Tidak identik antara Quran dan tafsir bahkan tidak identik quran dengan terjemahan,” ujarnya. Berita ini dilansir dari Tempo.co

Follow WhatsApp Channel kalbarsatu.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

PPIH Bersama Kemenhaj Saudi dan Syarikah Sepakat Pasangan Jamaah Terpisah Bisa Bergabung di Makkah
Pemerintah Targetkan Koperasi Merah Putih Diluncurkan Bulan Oktober 2025
Polri Ungkap 9 Kasus TPPO Penempatan Ilegal PMI di Kaltara, 82 Korban Diselamatkan
Humas Polri Dorong Transformasi Digital dan Peningkatan Kepercayaan Publik
Mabes Polri Gelar Korps Raport Kenaikan Pangkat Pati Polri, 13 Perwira Tinggi Naik Pangkat
Menag RI Bahas Kemajuan Islam di Indonesia, Ingin Bangun Museum Haji dan Museum Hadis
Harlah Ke-91 GP Ansor Dimeriahkan Nahdlatut Tujjar Fest, Aktualisasi Potensi Pangan Lokal
Gebyar Harlah 91 GP Ansor, Ada Pengukuhan Patriot Ketahanan Pangan Hingga Peragaan Seni Bertema Petani
Tag :

Berita Terkait

Senin, 19 Mei 2025 - 13:27 WIB

PPIH Bersama Kemenhaj Saudi dan Syarikah Sepakat Pasangan Jamaah Terpisah Bisa Bergabung di Makkah

Jumat, 9 Mei 2025 - 19:28 WIB

Pemerintah Targetkan Koperasi Merah Putih Diluncurkan Bulan Oktober 2025

Kamis, 8 Mei 2025 - 09:17 WIB

Polri Ungkap 9 Kasus TPPO Penempatan Ilegal PMI di Kaltara, 82 Korban Diselamatkan

Kamis, 8 Mei 2025 - 08:55 WIB

Humas Polri Dorong Transformasi Digital dan Peningkatan Kepercayaan Publik

Rabu, 30 April 2025 - 18:59 WIB

Mabes Polri Gelar Korps Raport Kenaikan Pangkat Pati Polri, 13 Perwira Tinggi Naik Pangkat

Berita Terbaru