Terkini

Pejuang Ilmu Tak Patah Asa Meski Menderita Sakit

×

Pejuang Ilmu Tak Patah Asa Meski Menderita Sakit

Sebarkan artikel ini
Pejuang Ilmu Tak Patah Asa Meski Menderita Sakit
ILUSTRASI

KALBAR SATU – Di tahun 2012-2013 lalu, Anas Hilmy Malik sangat bersemangat ke sekolah. Pasalnya sebentar lagi Ujian Nasional dimulai. Momen yang ia tunggu selama 12 tahun, untuk bisa melepas gelarnya sebagai siswa, dengan harapan besar bisa segera menyandang status mahasiswa. Siang dan malam, buku-buku pelajaran menjadi santapannya. Ia sangat giat dalam belajar dan bersemangat ketika masuk ke dalam kelas.

Sejak SMP, Anas sudah merantau ke kota Malang. Ia sekolah di sana dan tinggal di sebuah asrama. Sementara keluarganya di Bojonegoro. Anas tumbuh menjadi anak yag cerdas dan mandiri.

Beberapa minggu menjelang Ujian Nasional, Anas tiba-tiba ia merasakan ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Ia mulai sering merasa mual. Kepalanya beberapa kali dalam sehari merasa pusing, sampai seringkali ia tidak kuat menahannya. Sampai akhirnya ia mengetahui bahwa dirinya mengidap tumor otak. Kondisinya kian menurun, tubuh bagian kirinya mulai mati rasa.

Anas, terpaksa harus mengundurkan diri dari sekolah, tepat beberapa hari menjelang Ujian Nasional. Sebuah kabar yang membuatnya sangat sedih. Bayangan menjadi seorang mahasiswa seketika kabur, terhapus dari imajinasinya.

Bagaimana cerita Anas setelah ia mengundurkan diri dari sekolah? Saat itu ia sedang duduk, menggunakan headset dan memegang handphonenya dikutip dari laman ruang guru. Anas yang siang itu hanya ditemani sang ibu, mulai membagikan ceritanya menumbuhkan kembali semangat belajarnya yang sedikit banyak terbantu aplikasi belajar online.

Baca Juga: Apakah Pendidikan Kita Mengantarkan Anak Siap Menghadapi “Tanda Tanya” ?

Baca Juga: GenBI Kalbar Renovasi Sekolah dan Sosialisasi Pendidikan di Kubu Raya

Apa yang sebenarnya terjadi, sampai akhirnya kamu mengundurkan diri dari sekolah?

Aku rasa, nggak akan ada ya, yang rela untuk mengundurkan diri dari sekolah. Tapi aku nggak punya pilihan lain. Aku harus merelakan semuanya. Tumor yang bersarang di kepalaku, membuat badan ini nggak berfungsi sebagaimana harusnya. Aku harus istirahat dan fokus pada pengobatan.

Saat itu kondisiku cukup parah, kepalaku sering merasa pusing, terus juga mual dan sering muntah. Ibu bener-bener khawatir dengan kondisiku.

Lalu aku ditemani ke rumah sakit untuk mengeceknya. Hasilnya benar-benar mengejutkanku, mungkin ibu jauh lebih terkejut. Aku divonis mengidap tumor otak schwannoma.

Setelah itu aku dioperasi. Beruntung, gejala yang disebabkan tumor seperti pusing, mual, dan muntah, semakin hilang. Tapi, justru aku mengalami kelumpuhan pada setengah badanku.

Baca Juga: CARA Daftar PIP 2021 SD, SMP, SMA Bantuan Pendidikan Rp1 Juta

Baca Juga: Lasarus: Bantuan Bus Ini Harap bisa tingkatkan Kualitas Pendidikan

Ini adalah pukulan terberat yang pernah aku alami selama hidup. Karena ini lah aku memilih mengundurkan diri dari Ujian Nasional, begitu juga dari sekolah. Memilih untuk fokus pada penyembuhan.

Butuh berapa lama untuk penyembuhan?

Selama 5 tahun saya off dari kegiatan sekolah. Aku fokus pada penyembuhan setelah operasi. Sampai saat ini aku juga masih mengalami kelumpuhan setengah badan, tapi sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

Selama ini aku menjalani terapi, dan lumayan ada kemajuan. Tanganku sekarang sedikit bisa digerakkan. Tapi kalau buat jalan aku belum bisa, jadi ke mana-mana harus ngesot.

Apa yang memotivasi kamu untuk kembali melanjutkan pendidikan?

Di rumah aku sering membaca buku. Dari buku-buku self help, self development, aku mendapat banyak pelajaran penting, sekaligus menjadi motivasi terbesarku untuk kembali bersemangat melanjutkan pendidikan.

Setidaknya, meskipun tubuh ini sakit, otakku tetap sehat. Salah satunya dengan terus belajar. Karena itulah aku bersemangat untuk kembali bersekolah.

Tahun ini aku ikut program paket C, dan sudah daftar. Tapi masalahnya, di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar di Bojonegoro, hanya menyediakan jurusan IPS, sementara aku dulunya IPA. Jadi harus lebih giat lagi belajarnya.

Lalu sejauh mana persiapan kamu?

Karena aku lintas jurusan, sejauh ini aku mempersiapkannya dengan belajar pakai aplikasi Ruangguru. Akses yang paling memungkinkan untuk bisa membantuku belajar ya cuma itu, karena cukup bermodalkan handphone dan kuota internet.

Aku langganan ruangbelajar, dan itu pakai uangku sendiri. Nggak mau menyulitkan ibu. Setiap hari aku gunakan aplikasi ini untuk belajar, seperti menonton video belajar, kemudian menguji pemahamanku dengan mengerjakan latihan-latihan soal, dan melihat rangkuman.

Di desaku ini sinyalnya agak sulit, jadi kalau pas sinyalnya bagus, aku langsung download-download itu video dan rangkumannya. Jadi tetap sangat membantu persiapanku masuk paket C. Sangat efektif, terlebih untuk orang-orang sepertiku, yang kondisi badannya sedang tidak sehat dan tidak bias melakukan aktivitas terlalu banyak.

Apa harapan terbesar kamu untuk saat ini?

Pastinya berharap cepat sembuh. Kemudian berharap bisa cepat menguasai ilmu pengetahuan sosial melalui aplikasi Ruangguru ini. Untungnya aku bisa mengakses semua materi dari kelas 10-12. Aku udah nggak sabar untuk memulai kelas paket C ini.

Saat ini Anas masih rutin melakukan terapi, baik di rumah dengan bantuan ibu, atau di tempat terapi profesional. Selama bertemu dan menurut sang ibu, Anas tidak pernah terlihat murung, dan terlihat sangat fokus ketika sudah membuka buku, membuka aplikasi ruangguru dengan earphone yang terpasang di kedua telinga.

Terima Kasih Telah Membaca Artikel Berjudul “Pejuang Ilmu Tak Patah Asa Meski Menderita Sakit”