KALBARSATU.ID — Sampah menjadi permasalahan yang tidak ada habis-habisnya, selama manusia masih hidup manusia akan terus menghasilkan sampah.
Produksi limbah selalu berbanding lurus dengan peningkatan populasi, dalam artian semakin tinggi populasi meningkat semakin banyak pula sampah yg dihasilkan.
Begitulah pendapat Aminudin dan Nurwati dalam jurnalnya yg berjudul, “Pemanfaatan Sampah Plastik sebagai Bahan Kerajinan Tangan”.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sampah plastik kantong kresek misalnya, sampah ini termasuk penyumbang sampah terbesar pada sampah rumah tangga.
Plastik sendiri merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia yg cukup berbahaya bagi lingkungan, karena itulah sampah plastik menjadi sangat sulit untuk diuraikan secara alami.
Berdasarkan penelitian lainnya, sampah plastik setidaknya membutuhkan waktu sekitar 80 tahun agar terdegradasi secara sempurna.
Di dunia modern, kantong plastik kresek awalnya dibuat dengan tujuan meminimalkan penggunaan bahan plastik, sehingga kantong plastik kresek bisa dipakai secara beruulang-ulang. Namun kenyataannya, masyarakat justru memakainya secara berlebihan.
Fenomena ini membuat hampir semua dari kita merasa prihatin dengan keadaan tersebut. Karena sampah plastik semakin hari tidak terkontrol keberadaannya.
Kasus limbah sampah plastik menarik perhatian bagi pegiat seni atau pecinta kreatifitas untuk mencoba mengambil inisiatif untuk memanfaatkan kantong kresek yg sudah tidak dipakai lagi untuk dijadikan sebuah karya seni yg memiliki nilai jual yg tinggi.
Selain membantu menjaga lingkungan, pegiat seni juga memanfaatkan sebagai ajang untuk meningkatkan kreatifitas mereka.
Salah satu pegiat seni itu yakni Bu Siti Janiah, atau yg kerap di sapa Bi’ Niah, beliau juga merupakan salah satu anggota Ibu PKK Desa Pedalaman, Dusun Dalam Tayan, kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau.
Perempuan berusia (49) tahun ini giat sekali mengkampanyekan gerakan peduli terhadap sampah dengan cara memanfaatkan khususnya sampah plastik kantong kresek untuk dijadikan karya seni yg memiliki nilai jual tinggi.
Dalam wawancara singkat yang dilakukan dengan Bi Nia, dirinya mengatakan tips menjaga lingkungan.
“Kunci dari menjaga lingkungan agar tetap bersih adalah membudayakan gaya hidup ramah,” tuturnya, Kami 7 November 2020.
Lebih lanjut ia menjelaskan, gaya hidup ramah itu ada tiga, yang kita semua kenal dengan istilah 3R, apa itu 3R? yaitu Reduce, Reuse dan Recycle. Reduce adalah upaya mengurangi pemakaian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah yg besar.
“Reuse adalah upaya menggunakan kembali wadah untuk fungsi yang sama atau fungsi yang lainnya. Dan Recycle adalah mendaur ulang sampah-sampah yang telah terpakai,” katanya.
Tahun 2017 ia berhasil menjurai daur ulang sampah dari plastik gelas mineral yang diadakan PKK desa Pedalaman. Ia juga pernah mengikuti pameran kreatifitas karya seni dari bahan daur ulang yang diadakan di Rumah Radank Pontianak.
Kegiatan ia ikuti dalam rangka hari Pancasila serta pameran-pameran di kabupaten kota lainnya. Selain itu ia ikut aktif mengikuti binaan dari PT. Antam yang ada di Kecamatan Tayan Hilir.
Sampai pada masa pendemi hari ini seorang Ibu-ibu yang akrab disapa Bi’ Niah ini tetap berusaha untuk tetap bisa produktif menghasilkan karya-karya.
Apalagi membuat karya seni dari bahan bekas yang mudah didapatkan dan bisa dikerjakan di rumah masing-masing.
“Sekarang saya sedang sibuk membuat bunga melati dari plastik kresek yang sudah tidak dipakai lagi. Dan bunga ini bisa dijual dengan harga yang cukup terjangkau,” ungkapnya.
Ia menutupnya dengan sebuah kalimat seruan untuk tetap kreatif dan selalu menjaga lingkungan dengan bahan-bahan yang ada dan murah atau tidak perlu mengeluarkan dana sama sekali.
Pembuatan karya seni hanya dibutuhkan ketekunan dan kegigihan untuk konsisten dalam berkarya. Di akhir wawancara ia memperlihatkan karya seninya yaitu bunga melati dari kantong plastik kresek bekas yang baru saja ia selesaikan.
Penulis: Rahadi