CINTA MERDEKA TANPA BELENGGU
Bung!
Pernahkahh kau bayangkan
Apa yang terjadi dengan negeri ini
Jika kau tak bertemu cintamu itu
Dibengkulu?
Cinta kuat tak mau dimadu
Utuh sebagai rahim anak-anak, dambaanmu
Cinta yang menyajikan waktu sepenuh jiwa
Agar kau kukuh berjuang sebagai pandu ibu
Cinta putih tak tertandingi
Yang ia dekap sampai mati
Bahkan ketija kau tinggalkan pergi bersmaa hartini
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bung!
Pernahkah kau kenang rengas dongkok tanpa setianya?
Tanpa pipis buah hatimu dipangkuan hatta?
Atau tanpa ingatan tentang selembar selendang dan susu anakmu yang tertinggal dipengangsaan?
Masihkah kau kenang penculikan itu
Berkuah sumpah yang diucapkan cintamu?
“kemana Mas pergi, disitu aku berada.”
Nyatanya, itulah yang mengokohkan hatimu
Bahwa merdeka mesti membebaskan anak-anak dan perempuan dari kekejaman perang
Itulah yang melunaskan keteguhanmu
Bahwa di bulan suci, Jumat Legi, kala almanak bermakna rakaat adalah saat proklamasi paling tepat
Bung!
Akhirnya kau tak bisa mengelak
Bahwa merumat ibu kerumah kebebasan
Butuh suasana untuk dikibarkan
Entah sebagai pusaka, azimat, atau dwi warna
(tak sekedar berbekal pekikan, diplomasi serta keberanian menghadang penjajahan)
Dan puasa itu, cuma jeraminya
Yang pantas menjahitnya
Bung!
Akhirnya kau tak bisa menolak
Bahwa cintanya padamu seagung kepada ibu
Cinta kuat tak mau dimadu!
Cinta merdeka tanpa belenggu!