Terkini

Kondisi tidak memungkinkan, Mahasiswa Unka Sintang minta toleransi Sistem Perkuliahan

×

Kondisi tidak memungkinkan, Mahasiswa Unka Sintang minta toleransi Sistem Perkuliahan

Sebarkan artikel ini
Tolerensi sistem perkuliahan,
Daniel Eko Setiabudi mahasiswa semester 6 Fisip Unka Sintang (ist)

KALBARSATU.ID – Dampak dari mewabahnya virus corona atau covid-19 di Indonesia, sejumlah kampus di tanah air menerapkan kuliah daring (online). Demikian juga beberapa kampus di Kalimantan Barat, salah satunya Universitas Kapuas Sintang (Unkas) yang menerapkan metode pengajaran online.

“Di Unkas sendiri Sudah lebih dari satu bulan, dan sekarang sudah mulai memasuki bulan ke 2 kuliah online berjalan ditengah pandemi Covid-19,” kata Daniel Eko Setiabudi mahasiswa semester 6 Fisip Unkas melalui keterangan tertulisnya, Kamis (7/5/2020).

Katanya, banyak mahasiswa Unkas yang menyatakan diri keberatan dengan kebijakan tersebut. Alasannya, karena susah jaringan dan juga pasti tidak efektif belajar melalui online.

“Tetapi mau bagaimana lagi, ini adalah kebijakan dari pihak kampus. Memang kuliah online itu bagus saat seperti ini, tapi akan bermasalah jika fasilitas tidak mendukung mahasiswa dan dosen untuk belajar, tugas yang diberikan oleh dosen terkadang tidak melihat situasi mahasiswa yang tidak semua wilayah mempunyai jaringan internet yang baik,” imbuhnya.

Menurutnya, disebabkan kendala tersebut, tidak sedikit mahasiswa yang ketinggalan informasi, tidak masuk dalam absen harian, bahkan ini menjadi masalah bagi mahasiswa yang tidak memiliki alat untuk mengerjakan tugas seperti laptop. artinya harus ada solusi bagi mahasiswa untuk tetap melanjutkan perkuliahan.

“Khususnya di Fisip, metode belajar harusnya lebih banyak berdiskusi tanya jawab, dengan perkuliahan secara online, kita tidak bisa bertanya secara lansung, apa lagi di Unkas belum ada yang menerapkan kuliah online lewat Streaming khususnya fisip semester 6, rata-rata lewat WAG dan class room,” lanjutnya.

Dirinya juga mengatakan karena kondisi ini, banyak sekali perubahan yang terjadi. Kelas yang tadinya sebagai tempat belajar mahasiswa, sekarang menjadi sepi, beberapa dosen memberi tugas dan materi lewat WAG, yang nantinya harus didownload lagi.

“Sulit dan rumit dan kadang-kadang kita tidak paham dengan materi yang dikirimkan dan diberikan dosen, ditanya lewat WA, dosen juga belum tentu lansung menjawab,” ujarnya.

Dirinya menuturkan, hal ini bukan maksud untuk mengeluh dengan sistem perkuliahan dan tugas yang diberikan oleh dosen melalui online, karena kuliah dan tugas memang sudah kewajiban yang harus diterima oleh setiap mahasiswa, namun katanya sistem kuliah seperti ini membuat mahasiswa tidak mampu menyerap materi perkulihan secara baik.

“Apalagi yang harus naik bukit turun bukit mencari sinyal demi kuliah online dan mengerjakan tugas untuk sebuah nilai, belum lagi jaringan lelet. Jika setiap harinya harus demikian, maka hal ini bisa membuat stress dan bahkan gila karena kuliah. Bukan jadi berkah malah musibah, bukan jadi pintar malah bodoh, sebab dapat mengakibatkan imun tubuh menjadi turun dan itu dapat mengakibatkan rentan terjangkit virus dan tak menutup Covid-19,” katanya.

Oleh karena itu, dirinya sebagai mahasiswa berharap agar ada toleransi dari pihak kampus untuk mahasiswa disaat seperti ini. Alasannya, karena selain situasi yang tidak mendukung juga karena mahasiswa juga membutuhkan ketenangan ditengah wabah Covid-19.

“Belum lagi ada rasa khawatir dengan bayangan corona setiap harinya, ditambah dengan sistem kuliah dan tugas dari para dosen,” tandasnya. (Zub)