PONTIANAK, KALBAR SATU – Guna penyediaan sumber benih unggul dan bermutu saat pandemi COVID-19, Bidang Prasarana, Sarana, dan Pembenihan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat menigkat kerjasama dengan pelaku usaha pembenihan
“Kita terus membangun sinergi dalam upaya meningkatkan ketersediaan benih unggul dan bermutu dengan masa pandemi saat ini, dengan tetap memperhatikan prioritas unggulan,” kata Kepala Bidang Prasarana, Sarana, dan Pembenihan Sunyata, mewakili Kepala Dinas Perkebunan Kalbar pada acara Forum Koordinasi Pembenihan Tanaman Perkebunan Tahun 2021, di Pontianak, Jumat 10 April 2021
Rencana umum perkebunan di Kalbar tahun 2014-2025, lanjut dia, masih menjadi fokus utama dalam target luas hektare.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Adapun rincian untuk rencana umum perkebunan dengan jenis komoditi karet target luasnya 72.1324 hektare, kelapa 131.351 hektare, kelapa sawit 3.871.085 hektare, kakao 32.688 hektare, lada 35.953 hektare, kopi 29.323 hektare dan aneka tanaman seperti aren, sapu, kapuk, vanili 43.044,81 hektare.
“Sehingga jika ditotalkan semuanya berjumlah 4.874.768,81 hektare,” katanya.
Berkaitan dengan itu, Arah kebijakan Dinas Perkebunan Kalbar tersebut diharapkan mampu memperkuat sinergi pemerintah provinsi, kota, kabupaten, hingga desa.
“Arah kebijakan kami yaitu mensinergikan sumber data perkebunan untuk mengembangkan komoditi unggulan perkebunan yang produktif melalui pemanfaatan teknologi budidaya dan pengolahan yang baik.”
“ Penting sinergi sumberdaya perkebunan melalui pengembangan SDM dan kelembagaan pekebun, diversifikasi, teknologi pasca panen dan promosi produk,” ujarnya.
Dinas Perkebunan Kalbar juga memfokuskan pembangunan sektor perkebunan dalam rangka mendukung komoditi di setiap daerah.
“Bentuk dukungannya yaitu logistik benih unggul melalui pembangunan kebun sumber benih, mutu benih, penyediaan benih unggul berkualitas dan bersertifikat, pengembangan kawasan perkebunan komoditas unggulan misalnya karet, kelapa, lada, kopi, kelapa sawit, dan kakao.”
“Peningkatan penanggulangan organisme pengganggu tanaman dan gangguan usaha perkebunan dan dampak perubahan iklim juga demikian. Kemudian pasca panen dan hilirisasi serta pemasaran komoditas, dan terakhir pembinaan kelembagaan petani,” kata dia.#