BUKU, KALBAR SATU ID – Selama ini kerap terdengar istilah bahwa orang-orang jawa bukan orang Islam yang berada di Jawa. Tapi sebaliknya adalah orang Jawa yang beragama Islam. Istilah ini tentunya memiliki makna tentang subtansi orang-orang Jawa (Baca: Indonesia) dalam berislam.
Artinya bahwa ada perbedaan cara berislamnya orang jawa dengan dengan orang-orang di negara lain, sekalipun dari negara asal Islam itu sendiri muncul; Arab Saudi.
Islam di Jawa tidak bisa lepas dari kultur budaya Jawa itu sendiri. Ibarat kata, Islam di jawa mempunyai konsep keberagamaan sekaligus tradisi budaya dalam satu tarikan nafas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Baca juga: Pertunjukan Budaya Warnai Peringatan HUT ke-75 RI di Kantor DPD PDIP Kalbar
Konsep semacam ini tentunya baik untuk dilestarikan, karena dengan begitu ruh nilai-nilai budaya pada masyarakat tidak akan hilang dengan adanya agama Islam, pun corak Islam yang rahmatan lil alamiin bakal menemukan wajahnya di tengah-tengah masyarakat.
Corak ke-Islam-an dan kebudayaan yang saling beriringan dalam praktik masyarakat Jawa ini tidak hadir begitu saja. Tapi telah melalui proses panjang dalam sejarah hidup masyarakat Jawa.
Di dalam buku ini misalnya disebutkan bahwa pada abad ke 10 Masehi silam Sultan Al-Gabah dari Persia membuat program Islamisasi tanah dataran Jawa dengan mengirim 20.000 keluarga Muslim. Tujuannya untuk mendakwahkan agama Islam di tahan Jawa.
Baca juga: Bagikan Masker, Forum Budaya Merah Putih juga Ajak Masyarakat Tak Bakar Lahan
Namun dari 20.000 keluarga Muslim itu hanya tersisa 2000 keluarga saja yang masih bertahan, sedangkan sisanya 18.000 dibunuh oleh penduduk pribumi. Konon akibat dari resistansi penduduk pribumi Jawa terhadap Islam terlalu keras.
Kemudian, atas saran dari Syaikh Jumadil Kubra, Sultan al-Gabah kembali mengirim ulama-ulama yang terkenal sakti mandraguna untuk membinasaan para “jin, siluman, dan brekasakan” penghuni Jawa.
Para ulama sakti itu dipimpin oleh Syaikh Subakir (Syaikh Ja’far al-Baqir). Namun, proses dakwah Syaikh Subakir ini kembali mendapat perlawanan dari penasehat kerajaan Majapahit yang tengah berkuasa saat itu, yakni Sabdo Palon.
Baca juga: MATERI Dan TEKS khutbah Jumat 3 September 2021 Tema “Semua Manusia Akan Mati”
Keduanya lalu saling adu kekuatan demi mempertaruhkan misinya masing-masing. Syaikh Subakir demi misi dakwah Islamnya, sedangkan Sabdo Palon untuk menyelamatkan tanah Jawa dari misi Islamisasi Syaikh Subakir.
Peperangan keduanya dikabarkan terjadi selama 40 hari 40 malam dan diakhir pertempuran Syaikh Subakir menang. Sehingga Sabda Palon mempersilakan ulama-ulama Persia menyebarkan Islam di tanah Jawa, dengan beberapa persyaratan.Pertama, tidak boleh dengan paksaan. Kedua, jangan meninggalkan adat istiadat serta budaya Jawa yang telah berurat-berakar.
Baca juga: MATERI KHUTBAH Jumat 28 Januari 2022 Hari ini: Teks Judul “Berlindung Kepada Allah SWT”
Dari penggalan cerita ini kita dapat mengambil pesan bahwa ideologi apapun di tanah jawa. Ideologi Islam sekalipun tidak boleh dilepaskan dari tradisi dan budaya tanah Jawa. Maka sangat aneh apabila ada ideologi-ideologi trans nasional sangat mudahnya masuk ke tanah jawa tanpa mengindahkan tradisi dan budaya yang sudah ada di tanah Jawa.
Nah, buku karya Husnul Hakim ini penting dibaca bagi masyarakat yang ingin mengetahui alur sejarah masuknya Islam ke Jawa. Agar masyarakat Islam mampu memaknai ke-Islam-an dan kejawannya sekaligus. Sehingga harapannya masyarakat Indonesia, khususnya jawa tidak berpikiran bahwa Islam itu harus berwajah arab.
Baca juga: Ramalan Zodiak Pengantar Cinta 10 Juni 2021 Untuk Zodiak Gemini dan Sagitarius
Perlu ditekankan bahwa Arab adalah tempat lahirnya Nabi Muhammad SAW sebagai utusan untuk menyebarkan Islam, bukan berarti apapun yang berasal dari Arab berarti mencerminkan wajah Islam yang Rahmatan Lil Alamiin. Dengan begitu segala amaliah ke-Islam-an di Indonesia akan tercipta. Wallahu A’lam.